SUMBAR | Para pelaku Bisnis pariwisata Sumatera Barat mengadukan sejumlah hal kepada Bakal Calon Gubernur Sumbar, Epyardi Asda. Salah satu laporan mereka adalah minimnya dukungan pemerintah daerah terhadap sektor wisata selama ini.
"Kita sebagai pelaku usaha resah, mau dibawa ke mana pariwisata Sumbar ini. Tidak ada perhatian dari pemerintah daerah sehingga kita terpaksa jalan sendiri-sendiri,” sebut Koordinator Forum Pariwisata Sumatra Barat, Aim Zein, di Pangeran Beach Hotel Padang, Sabtu (20/4/2024).
Menurutnya, perkembangan sektor pariwisata di Sumbar stagnan pada beberapa tahun belakangan, terutama di lima tahun Pemerintahan Gubernur Mahyeldi. Hal tersebut disebabkan tidak adanya koordinasi yang baik antara pemerintah selaku pengambil kebijakan dan pelaku usaha.
“Pemda tidak pernah mengakomodasi masukan dari kami. Padahal, kami yang lebih mengerti kondisi di lapangan, dan kami juga yang nantinya akan menjalankan setiap kebijakan yang mereka buat. Kondisi ini sungguh sangat memprihatinkan,” Katanya.
Hal senada juga diutarakan oleh Mantan Anggota DPRD Sumbar, Marlis. Ia bahkan menyebut pemerintah daerah telah berlaku munafik karena selalu menyebut pariwisata sebagai sektor unggulan masa depan Sumbar, tetapi tidak pernah memberikan dukungan dalam kebijakan anggaran.
“Dari struktur APBD kita, anggaran untuk pertanian sangat besar, tapi nyaris tidak berdampak untuk kesejahteraan rakyat. Sementara, sektor pariwisata, yang disebut-sebut bisa menjadi sektor unggulan untuk peningkatan ekonomi masyarakat, justru tidak ada implementasinya. Makanya saya sebut kita ini munafik,” ulasnya.
Sejumlah pelaku pariwisata lainnya yang turut hadir dalam pertemuan itu, seperti Sam Salam, Ade Edward, Febby Dt Bangso, Nofri Yani, Ridwan Tulus dan Popi Rajo Bintang, menyatakan pendapat yang hampir serupa.
Dua poin besar, yang menurut mereka menjadi sumber persoalan pariwisata di Sumbar selama ini ialah lemahnya kepemimpinan di tingkat pemerintahan provinsi dan tidak adanya koordinasi yang baik antara pemerintah daerah dan pelaku usaha.
Menanggapi hal tersebut, Epyardi berjanji untuk membenahi sektor pariwisata Sumbar ini jika nanti terpilih sebagai gubernur seperti yang telah ia lakukan saat menjabat bupati di Kabupaten Solok.
“Dulu orang-orang kerap kesulitan mencari penginapan di Solok. Ada penginapan, dikuasai pula oleh preman. Seperti di Alahan Panjang Resort, kalau tengah malam para tamu itu suka dimintai uang rokok sama preman-preman. Tapi sejak kita menjabat, kita benahi itu semua,” Ujarnya.
Selain melakukan sejumlah pembenahan, Epyardi juga ikut menanamkan modal untuk pembangunan hotel dan arena permainan. Hal itulah yang kemudian memancing para investor untuk datang berinvestasi pada sektor pariwisata di Solok.
“Alhamdulillah, berkat perkembangan sektor pariwisata ini, angka kunjungan wisatawan di Kabupaten Solok pada libur lebaran 2024 kemarin, mencapai 1 juta orang. Semua hotel penuh. Restoran, rumah makan, dan pusat-pusat perbelanjaan dipenuhi pembeli,” kata Epyardi.
Ia menerangkan, prinsip dasar dalam membangun pariwisata itu adalah dengan investasi. Ibarat pepatah, mencari uang haruslah dengan modal uang pula.
“Seperti memancing ikan, sekarang umpannya tak bisa lagi sekadar cacing, tapi sudah menggunakan ikan atau udang,” ujarnya.
Lebih lanjut Epyardi menuturkan, konsep periwisata itu adalah what to see dan what to do. Apa yang bisa dilihat di tempat wisata itu, dan apa saja yang bisa dilakukan di sana.
“Kita di Sumbar ini sudah memiliki modal yang besar, yaitu keindahan alam. Tapi jika mengandalkan itu saja tidak akan cukup. Kalau cuma melihat, tentu orang akan bosan. Namun, jika kita menyediakan sarana berupa arena-arena permainan, itu akan menggaet wisatawan untuk terus berkunjung,” tuturnya.
Terakhir, Epyardi juga berjanji akan terus mendengar masukan dari para pelaku usaha jika nanti terpilih sebagai gubernur. Ia juga akan menyusun blueprint kepariwisataan dengan melibatkan semua stakeholder agar kebijakan yang diambil pemerintahannya bisa bermanfaat bagi semua kalangan.
(***)
0 Komentar