Bersama rakyat membangun negeri
Setelah suara kau dapatkan
Kau menghilang tanpa pesan
Sekarang menjadi orang terhormat
Segala fasilitas kau dapat
Bergelimang harta dan kemewahan
Tak perduli rakyat kelaparan
Lima tahun sudah berlalu
Ingin melanjutkan pesta poramu
Kini kau datang lagi
Membujuk warga demi ambisi
Sudahlah kami bosan janji manis
Hanya membuat bhatin teriris
Sehari kebahagian kami terima
Lima tahun merasakan derita
Pesta rakyat bukan lagi untuk rakyat. Pesta demokrasi hanya demi ambisi. Setelah pesta selesai, mereka menikmati duduk dikursi dan berdasi. Sementara, warga makan hati, karena terbuai janji. Sekarang, pesta rakyat tinggal menghitung bulan, setelah lima tahun menikmati kemewahan. Ingin melanjutkan perjuangan duduk di kursi dewan.
Kembali turun ke jalan, meski mengobral janji dan berbalut pencitraan. Dulu kaca mobil tertutup rapat. Takut dilihat dan didekati rakyat. Sekarang kaca mobil terbuka. Senyum dibibir menyapa warga. Dulu alergi di warung dan cendrung duduk di kafe mewah. Makan dan minum berkelas, tak perduli rakyat tak ada pembeli beras Sekarang, bermodal secangkir kopi di warung, meminta dukungan warga.
Datang ke Mesjid dan mushalla, layak seorang buya berselempang kain didada. Datang paling cepat dan duduk didepan. Empat kali ramadhan dan lebaran, tak terlihat kalender dan imsakiyah ramadhan. Sekarang, bertebaran di rumah warga, warung, mesjid dan mushalla. Baliho bertebaran di jalan dengan poto disertai senyum nan menawan.
Tak perduli baliho itu dipasang di tiang listrik atau tiang telepon.Yang penting menghemat biaya membeli kayu untuk tiang penyangga baliho. Bahkan, dipagar dan warung warga dipasang juga. Proposal warga membuat acara, menyambut kemerdekaan atau acara lainnya, tersimpan dilaci. Sekarang, jangankan tanpa proposal, datang sendiri menghadiri acara sembari memberi bantuan.
Wajah tak terlihat saat warga bergotong royong, membersihkan lingkungan tempat tinggal. Sekarang datang paling duluan, membawa peralatan. Jangankan menyapu jalan, merambah, memotong rumput, masuk got pun dilakukan. Lebih menonjol dari warga lain yang sudah biasa bergotong royong dan menjadi agenda mingguan atau bulananan ditempat mereka tinggal. Kerja nyata, saat membutuhkan suara dari warga.
Memang saat menjadi anggota dewan, datang menemui warga. Itupun dalam rangka menjemput aspirasi dan ada anggarannya. Begitu juga saat memberikan dana pokir, terutama untuk pembangunan infrastruktur. Poto terpampang dilokasi pekerjaan. Paket Penunjukkan Langsung (PL) menjadi lahan, sebab dana pokir tersalurkan, ada dugaan titipan bawah tangan dari rekanan. Ya, kira kira itu fee, karena telah memperjuangkan anggaran.
Memasuki tahun politik ini, suasana kampung dan kota terlihat semarak. Baliho dengan berbagai gaya disertai senyuman, meski kadang jauh aslinya berjejeran disetiap sudut. Suasana ramadhan pun lebih ramai dari tahun sebelumnya. Kalender dan imsakiyah mudah didapat. Bahhkan, bisa mendapatkan 10 kalender dan imsakiyah dengan wajah dan poto berbeda. Ya, kini kau datang lagi. Seperti lima tahun lalu, meski setelah itu pergi dan berlalu
0 Komentar